Sejarah Jalan Perjuangan
Jalan Perjuangan di Cirebon bukan sekadar nama jalan biasa. Jalan ini memiliki sejarah yang mendalam dan penuh dengan kisah heroik perjuangan rakyat Cirebon melawan penjajah Belanda. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I, yang juga dikenal sebagai pelanggaran perjanjian Linggarjati. Serangan ini dimulai dengan serangan udara yang menghancurkan berbagai fasilitas vital di Cirebon, termasuk Jembatan Krian, Stasiun Kejaksan, Kutaraga, Parujakan, dan Pagongan.
Serangan ini menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita. Setelah serangan udara, Belanda melanjutkan dengan serangan darat menggunakan tank dan mobil modern. Tentara Indonesia dari Divisi Siliwangi yang sebelumnya dibombardir dari udara tidak dapat berbuat banyak karena kalah persenjataan dan tercerai-berai.
Monumen Perjuangan
Di sepanjang Jalan Perjuangan, terdapat Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon yang dibangun untuk mengenang jasa para pejuang yang gugur dalam pertempuran melawan penjajah. Monumen ini terletak di persis di seberang Jalan Perjuangan dan terdiri dari lima patung, empat laki-laki dan satu perempuan, yang membawa tombak, senjata api, dan bendera. Relief di bawah patung menggambarkan perjuangan rakyat Cirebon dari berbagai latar belakang, termasuk petani, tentara, dan perempuan.
Monumen ini diresmikan oleh Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno pada tanggal 14 November 2014 sebagai bentuk penghargaan terhadap para pejuang yang gugur di medan pertempuran. Lokasi monumen ini dipilih karena di tempat inilah 15 pejuang rakyat gugur saat berperang melawan agresi militer Belanda.
Kisah Suko dan Kasmira
Salah satu kisah heroik yang diabadikan dalam Monumen Perjuangan adalah kisah Suko dan Kasmira. Keduanya adalah pejuang rakyat yang ditangkap dan dibunuh oleh penjajah Belanda. Mereka digantung dan ditembak di depan keluarga dan masyarakat umum di Alun-alun Sunyaragi. Kisah tragis ini tergambar jelas dalam relief di bawah patung, yang menunjukkan dua orang tergantung di pohon dengan todongan senapan senjata yang tertuju kepada mereka.
Pasukan Kancil Merah
Dalam pertempuran melawan Belanda, Letnan Abdul Qadir dari Divisi Siliwangi membentuk pasukan khusus yang diberi nama Pasukan Kancil Merah. Pasukan ini dinamakan demikian karena diharapkan mampu bergerak cepat seperti kancil yang tak pantang menyerah. Pada tahun 1948, Pasukan Kancil Merah yang dibantu oleh rakyat berhasil menyergap pasukan Belanda yang telah bercokol di Cirebon. Meskipun berhasil membunuh banyak tentara Belanda, pasukan ini akhirnya kalah karena kurangnya amunisi dan persenjataan.
Pengaruh Jalan Perjuangan Terhadap Masyarakat
Jalan Perjuangan dan monumennya tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat Cirebon. Setiap tahun, berbagai acara peringatan diadakan untuk mengenang jasa para pejuang. Selain itu, jalan ini juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota.
Gambar dan Visualisasi
Gambar-gambar yang ada di sepanjang Jalan Perjuangan dan Monumen Perjuangan memberikan visualisasi yang kuat tentang perjuangan rakyat Cirebon. Patung-patung dan relief yang ada tidak hanya menggambarkan kekerasan dan penderitaan, tetapi juga semangat dan keberanian para pejuang. Gambar-gambar ini menjadi pengingat yang kuat tentang betapa mahalnya harga kemerdekaan yang harus dibayar oleh para pejuang.
: Sejarah Jalan Perjuangan Kota Cirebon
: Monumen Perjuangan Cirebon: Kisah Suko dan Kasmiri Digantung Penjajah
: Itinerary Seharian Wisata di Cirebon, Mulai dari Sejarah hingga Alam