Review Kerajaan Cirebon: Didirikan dan Dibangun Oleh

Andini Rahayu

Pendiri Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon adalah salah satu kerajaan Islam yang penting di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Walangsungsang, yang juga dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana. Raden Walangsungsang adalah putra dari Prabu Siliwangi, raja dari Kerajaan Pajajaran. Setelah memeluk agama Islam, Raden Walangsungsang mendirikan Kerajaan Cirebon pada tahun 1430 Masehi dengan nama Kebon Pesisir atau Tegal Alang-Alang.

Peran Ki Gedeng Tapa

Sebelum berdirinya Kerajaan Cirebon, wilayah ini awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Ki Gedeng Tapa adalah seorang tokoh penting yang mendirikan pelabuhan di wilayah tersebut, yang kemudian berkembang menjadi kota besar di pesisir utara Jawa. Setelah wafatnya Ki Gedeng Tapa, cucunya, Raden Walangsungsang, melanjutkan pembangunan dan memperluas wilayah tersebut menjadi Kerajaan Cirebon.

Pembangunan Istana Pakungwati

Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh Raden Walangsungsang dalam mendirikan Kerajaan Cirebon adalah pembangunan Istana Pakungwati. Istana ini menjadi pusat pemerintahan dan simbol kekuasaan Kerajaan Cirebon. Selain itu, Istana Pakungwati juga berfungsi sebagai pusat penyebaran agama Islam di wilayah tersebut, berkat pengaruh dari Kesultanan Demak.

Masa Kejayaan di Bawah Syarif Hidayatullah

Kerajaan Cirebon mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Syarif Hidayatullah, yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah adalah keponakan dari Raden Walangsungsang dan memerintah antara tahun 1479 hingga 1568 Masehi. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Cirebon mengalami kemajuan pesat di bidang agama, politik, dan ekonomi. Sunan Gunung Jati juga berperan besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya.

Pengaruh Kesultanan Demak

Kesultanan Demak memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Kerajaan Cirebon. Selain membantu dalam penyebaran agama Islam, Kesultanan Demak juga memberikan dukungan politik dan militer kepada Kerajaan Cirebon. Hubungan yang erat antara kedua kerajaan ini membantu Cirebon dalam memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Jawa Barat dan Banten.

BACA JUGA:  Review Bukopin Cirebon: Menelusuri Pengalaman dan Layanan

Konflik Internal dan Runtuhnya Kerajaan Cirebon

Setelah wafatnya Sunan Gunung Jati, Kerajaan Cirebon mulai mengalami kemunduran. Salah satu penyebab utama kemunduran ini adalah konflik internal yang terjadi antara anggota kerajaan. Perebutan kekuasaan memicu perpecahan, dan Kesultanan Cirebon terbagi menjadi beberapa kesultanan kecil, yaitu Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Perpecahan ini melemahkan kekuatan politik dan militer Kerajaan Cirebon secara keseluruhan.

Tekanan dari Kolonial Belanda

Selain konflik internal, tekanan dari kolonial Belanda juga berkontribusi pada runtuhnya Kerajaan Cirebon. Belanda menggunakan kebijakan politik "devide et impera" atau adu domba untuk memanfaatkan konflik internal di Kerajaan Cirebon. Pada akhirnya, sekitar tahun 1906 hingga 1926, Kesultanan Cirebon resmi dihapuskan dan diganti menjadi Kota Cirebon.

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Cirebon

Meskipun Kerajaan Cirebon telah runtuh, banyak peninggalan bersejarah yang masih ada hingga kini. Salah satu peninggalan yang paling terkenal adalah Keraton Kasepuhan, yang merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Cirebon. Selain itu, terdapat juga berbagai masjid, makam, dan artefak lainnya yang menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Cirebon di masa lalu.

: Kompas.com
: Pijar Belajar

Also Read

Bagikan:

Avatar photo

Andini Rahayu

Menyukai hal yang baik-baik.....