Mbah Muqoyyim: Pendiri Ponpes Buntet Cirebon yang Melegenda

Andini Rahayu

Latar Belakang Sejarah Ponpes Buntet

Pondok Pesantren Buntet, yang terletak di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1750 M, pesantren ini telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah panjang pendidikan Islam di tanah air. Pendiri pesantren ini adalah seorang tokoh ulama besar bernama Mbah Muqoyyim, yang juga dikenal sebagai KH. Muqoyyim bin Abdul Hadi.

Kehidupan Awal Mbah Muqoyyim

Mbah Muqoyyim lahir pada tahun 1689 di Desa Srengseng Krangkeng, Karang Ampel, Indramayu. Beliau adalah putra dari Kyai Abdul Hadi, seorang bangsawan dari Kesultanan Cirebon. Kehidupan awal Mbah Muqoyyim sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan sosial pada masa itu, terutama setelah wafatnya Pangeran Girilaya pada tahun 1662 yang menyebabkan Kesultanan Cirebon terpecah menjadi beberapa bagian.

Perjalanan Spiritual dan Pendidikan

Mbah Muqoyyim dikenal sebagai seorang yang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan luas dalam bidang Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf. Karena kepintarannya, beliau diangkat menjadi Mufti oleh Keraton Kanoman. Namun, perbedaan pandangan dengan pihak keraton mengenai sikap terhadap Belanda membuat Mbah Muqoyyim memilih untuk mengundurkan diri dan mendirikan pesantren sendiri.

Pendirian Ponpes Buntet

Pada tahun 1750, Mbah Muqoyyim mendirikan Pondok Pesantren Buntet di kampung Kedung Malang, Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, Cirebon. Beliau membangun rumah sederhana, langgar (musholla), dan beberapa kamar untuk santri. Pengajian yang beliau adakan menarik banyak masyarakat untuk bergabung dan belajar mengaji. Pesantren ini kemudian menjadi pusat pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Cirebon dan sekitarnya.

Tantangan dan Perjuangan

Tidak lama setelah mendirikan pesantren, Belanda mengetahui kegiatan Mbah Muqoyyim dan mencoba menangkapnya. Namun, informasi tersebut bocor dan Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri bersama sahabat dekatnya, Kiai Ardi Sela, menuju Desa Pesawahan Sindanglaut yang berjarak sekitar 10 km dari Pesantren Buntet. Perjuangan Mbah Muqoyyim dalam mempertahankan pesantren dari gangguan Belanda menunjukkan keteguhan dan keberaniannya dalam menyebarkan ajaran Islam.

BACA JUGA:  Review Alamat Ponpes Gedongan Cirebon

Sistem Pendidikan di Ponpes Buntet

Ponpes Buntet dikenal dengan sistem pendidikan yang menggabungkan metode tradisional dan modern. Selain mengajarkan ilmu agama melalui pengajian kitab kuning, pesantren ini juga memberikan kesempatan kepada santri untuk mempelajari ilmu umum melalui pendidikan formal. Sistem pendidikan ini dianggap ideal untuk menjawab tantangan zaman dan menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki keterampilan di berbagai bidang.

Pengaruh dan Warisan Mbah Muqoyyim

Hingga saat ini, Ponpes Buntet tetap eksis dan menjadi salah satu pesantren terbesar di Indonesia. Di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, terdapat sekitar 65 pondok dengan ribuan santri. Warisan Mbah Muqoyyim dalam bidang pendidikan Islam terus berlanjut dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan Islam di Indonesia.

Pengakuan dan Penghargaan

Pada peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada 31 Januari 2023, Ponpes Buntet dianugerahi sebagai salah satu pesantren tertua di Indonesia. Pengakuan ini menunjukkan betapa besar peran dan pengaruh Ponpes Buntet dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia.

Kesimpulan

Mbah Muqoyyim, dengan segala perjuangan dan dedikasinya, telah berhasil mendirikan dan mengembangkan Ponpes Buntet menjadi lembaga pendidikan Islam yang sangat berpengaruh. Warisan beliau terus hidup melalui ribuan santri yang belajar di pesantren ini dan melalui kontribusi besar yang diberikan Ponpes Buntet bagi perkembangan Islam di Indonesia.

: Kompasiana
: Detik

Also Read

Bagikan:

Avatar photo

Andini Rahayu

Menyukai hal yang baik-baik.....